“Kentut
itu sunatullah” tutur Pembantu Pektor
III IAIN Raden Fatah, bapak Prof. Dr. H.
Amin Suyitno, M.Ag, yang juga sebagai Ka. Harian Mabigus Palembang 10-091- dan
Palembang 10-092. Sontak pernyataan tersebut. Membuat peserta upacara
pelantikan dewan racana Raden Fatah dan Nyi Ageng Malaka menahan tawa kecil
mereka. Tentu saja karena pernyataan yang dilontarkan pak suyitno tersebut. ‘kentut
itu sunnatullah’ adalah satu dari beberapa idiom yang diucapkan beliau. Adapun makna
nya adalah mengambil dari proses-proses dari kentut itu sendiri.
Sudah
kita ketahui bersama bahwasannya kentut atau buang angin merupakan salah satu
proses metabolisme tubuh yang sangat penting. Hal ini terjadi karena makanan
yang sudah lama (dimana sudah melalui proses pencernaan selama beberapa jam dan
mengendap dalam tubuh) memang harus dikeluarkan. Hasilnya adalah feses, air
kencing, dan gas (kentut: red). Maksudnya adalah segala macam hal yang memiliki masa harus
diganti, baik cepat ataupun lambat. Kalau
tidak dikeluarkan dapat menimbulkan penyakit. “Kalau kita tidak buang air besar
2 hari saja, itu berarti ada yang salah dalam perut kita, dan itu penyakit. Harus
segera dikeluarkan!” kata kak Amin Suyitno. Beliau juga menambahkan bahwa hasil yang
sudah dikeluarkan tersebut harus diganti dengan yang baru.
Oleh
karena itulah, pergantian itu diperlukan dalam kehidupan. Salah satunya adalah
pergantian dewan racana. karena kalau tidak diganti, maka tidak akan ada regenearsi
yang baik, meskipun anggotanya banyak, tapi kalau ketuanya itu-itu saja,
percuma. Dan semoga, pergantian dewan racana Raden Fatah dan Nyi Ageng Malaka yang
baru ini, akan membawa angin positif untuk kemasalahatan dan kejayaan Racana
dan Anggota-anggotanya. Amiin.